Senin, 28 Maret 2011

Metode Analisis Kuantitatif Secara Volumetri

Metode Analisis Kuantitatif Secara Volumetri
METODE VOLUMETRI
Definisi
Volumetri adalah analisis kuantitatif yang didasarkan pada jumlah atau volume suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya yang diperlukan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah komponen larutan yang belum diketahui konsentrasinya. Suatu metode titrimetrik untuk analisis kuantitatif didasarkan pada reaksi
a A + t T produk
pada reaksi diatas sejumlah a molekul analit A akan bereaksi dengan sejumlah t molekul titran T. Titran T ditambahkan sedikit demi sedikit menggunakan alat yang disebut buret. Baik analit atau titran yang digunakan harus berupa larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Titran dimasukkan sedikit demi sedikit sampai setara dengan analit atau sampai pada titik ekivalen. Untuk mengetahui apakah jumlah titran sudah setara dengan analit maka digunakan indikator. Indikator akan memberi perubahan warna jika jumlah titran sudah setara dengan jumlah analit. Kelebihan penambahan titran hendaknya sebisa mungkin diupayakan sekecil mungkin untuk memperkecil kesalahan. Karena jika titran ditambahkan terlalu banyak dapat menyebabkan terjadinya over titration. Perubahan warna dapat terjadi pada atau tidak pada titiik ekivalen. Titik dimana indikator berubah warna disebut dengan titik akhir.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat melaksanakan metode volumetri adalah sebagai berikut :
Reaksi harus dapat berlangsung cepat sehingga perubahan yang terjadi dapat langsung diamati
Reaksi kimia yang berlangsung harus sesuai dengan persamaan reaksi tertentu dan tidak menghasilkan produk sampingan
Reaksi pembentukan produk dapat berlangsung sempurna pada titik akhir titrasi atau dengan kata lain ketatapan kesetimbangan reaksi sangat besar
Harus ada perubahan yang terlihat pada saat tercapainya titik ekuivalen
Harus ada indikator untuk mengetahui terjadinya perubahan yang menunjukkan bahwa reaksi berlangsung sempurna.
Klasifikasi
Beberapa klasifikasi volumetri adalah sebagai berikut :
Berdasarkan reaksi kimia :
Reaksi asam – basa (reaksi netralisasi)
Reaksi oksidasi – reduksi
Reaksi pengendapan
Reaksi pembentukan kompleks
Berdasarkan cara titrasi :
Titrasi langsung
Titrasi tak langsung
Titrasi kembali (titrasi balik/residual titration)
Berdasarkan jumlah sampel :
Titrasi makro
Titrasi semimikro
Titrasi mikro

Titran
Titran adalah suatu larutan yang mengandung reagensia dengan konsentrasi yang telah diketahui. Dalam proses titrasi, titran ditambahkan sedikit demi sedikit kedalam larutan yang belum diketahui konsentrasinya melalui alat yang disebut biuret.
Syarat-syarat suatu larutan dapat menjadi titran yaitu :
Larutan harus benar-benar dalam keadaan murni dengan kadar pengotor < 0,02%
Larutan harus stabil secara kimiawi, mudah dikeringkan dan tidak bersifat higroskopis
Larutan memiliki berat ekivalensi yang besar, sehingga meminimalkan kesalahan akibat penimbangan.

PENGGOLONGAN TITRASI BERDASARKAN REAKSI
Penggolongan titrasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu :
Penggolongan berdasarkan reaksi kimianya :
Reaksi asam-basa (reaksi netralisasi)
Reaksi asam-basa didasarkan pada proses netralisasi. Jika larutan bakunya adalah larutan basa, maka zat yang akan ditentukan haruslah bersifat asam, begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan sifat larutan bakunya, titrasi dibagi atas :
Asidimetri, adalah titrasi penetralan yang menggunakan larutan baku asam sebagai titran . Secara teori reaksi asidimetri digambarkan melalui persamaan
BOH + H3O+ B+ + H2O
Alkalimetri, adalah titrasi penetralan yang menggunakan larutan baku basa sebagai titran . Secara teori reaksi alkalimetri digambarkan melalui persamaan
HA + OH- A- + H2O
Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)
Pada reaksi redoks ini yang terjadi adalah reaksi antara senyawa atau ion yang bersifat oksidator sebagai analit dengan senyawa atau ion yang bersifat reduktor sebagai titran, begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan larutan bakunyang digunakan, titrasiolsidasi-reduksi dibagi atas :
Oksidimetri, adalah metode titrasi redoks dimana larutan baku yang digunakan bersifat sebagai oksidator.
Yang termasuk titrasi oksidimetri adalah :
Permanganometri, larutan bakunya : KMnO4
Dikromatometri, larutan bakunya : K2Cr2O7
Serimetri, larutan bakunya : Ce(SO4)2, Ce(NH4)2SO4
Iodimetri, larutan bakunya : I2
Reduksimetri, adalah metode titrasi redoks dimana larutan baku yang digunakan bersifat sebagai reduktor.
Yang termasuk titrasi reduksimetri adalah :
Iodometri, larutan bakunya : Na2S2O3 . 5H2O
Reaksi Pengendapan (presipitasi)
Pada reaksi pengendapan, yang terjadi adalah reaksi penggabungan ion yang menghasilkan endapan.
Yang termasuk titrasi pengendapan adalah :
Argentometri, larutan bakunya : AgNO3
Merkurimetri, larutan bakunya : Hg(NO3)2 atau logam raksa itu sendiri
Reaksi pembentukan kompleks (kompleksometri)
Titrasi pembentukan kompleks (kompleksometri) digunakan untuk menetapkan kadar ion-ion alkali dan alkali tanah atau ion-ion logam. Larutan bakunya adalah EDTA
Penggolongan berdasarkan cara titrasinya :
Titrasi langsung (iodimetri), mengacu pada titrasi dengan suatu larutan baku iod standar. Pada titrasi langsung sudah terbentuk I2 .
Titrasi tidak langsung (iodometri), berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia. Pada titrasi ini I2 yang terbentuk akan bereaksi dengan tiosulfat.
Titrasi Kembali
Saat titrasi adakalanya terjadi kelabihan titran yang menyebabkan over titrasi. Untuk itu dilakukan titrasi kembali dengan titran yang yang lain.
Penggolongan berdasarkan jumlah sampel :
Titrasi makro
Jumlah sampel : 100 – 1000 mg
Volume titran : 10 – 20 mL
Ketelitian biuret : 0,02 mL
Titrasi semi mikro
Jumlah sampel : 10 – 100 mg
Volume titran : 1 – 10 mL
Ketelitian biuret : 0,001 mL



Titrasi mikro
Jumlah sampel : 1 – 10 mg
Volume titran : 0,1 – 1 mL
Ketelitian biuret : 0,001 Ml

LARUTAN BAKU
Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan tepat dan teliti sebelum dilakukan proses titrasi. Larutan baku dapat dibuat dengan cara melarutkan sejumlah berat tertentu bahan kimia atau senyawa pada sejumlah berat tertentu pelarut yang sesuai. Akan tetapi metode tersebut tidak dapat diterapkan secara umum karena senyawa kimia yang memiliki kemurnian yang tinggi sedikit. Larutan baku biasanya juga disebut dengan istilah larutan standar. Satuan larutan baku biasanya menggunakan mol (molaritas) atau N (normalitas).
Ada dua macam larutan baku, yaitu:
Larutan Baku primer
Adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode penimbangan. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, yaitu dengan dilakukan penimbangan zat pereaksi tersebut secara teliti dan dilarutkan dalam pelarut dengan volume tertentu.
Contoh: K2Cr2O¬¬7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.
Syarat-syarat larutan baku primer:
mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan(jika mungkin pada suhu 110-120℃) dan disimpan dalam keadaan murni.
tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara.
zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan tertentu.
sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar, sehingga kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan.
zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung. kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat dan mudah.
Larutan baku sekunder
Adalah suatu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri.
Contoh: AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)¬2
Syarat-syarat larutan baku sekunder:
derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
mempunyai berat ekivalensi (BE) yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
larutannya relatif stabil dalam penyimpanan
Senyawa atau bahan kimia yang digunakan untuk membuat larutan baku dinamakan senyawa baku. Senyawa baku dibedakan menjadi dua, yaitu :
Senyawa baku primer
Adalah bahan (senyawa) dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan larutan standar dan untuk membuat larutan baku yang konsentrasi larutannya dapat dihitung dari hasil penimbangan senyawa dan volume larutan yang akan dibuat.
Contoh : H2C2O4 . 2H2O, Asam Benzoat (C6H5COOH), Na2CO3, K2Cr2O7, As2O3, KBrO3, KIO3, NaCl.
Syarat-syarat baku primer :
Diketahui dengan pasti rumus molekulnya
Mudah didapat dalam keadaan murni dan mudah dimurnikan
Stabil, tidak mudah bereaksi dengan CO2, cahaya dan uap air
Mempunyai Mr yang tinggi
Senyawa baku sekunder
Adalah bahan (senyawa) yang telah dibakukan sebelumnya oleh senyawa baku primer kareana sifatnya yang tidak stabil, kemudian digunakan untuk membakukan larutan standar. Contoh : larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium.

Tabel Larutan Baku beserta Senyawa Baku Primernya
No. Larutan Baku Senyawa Baku Primer
1. NaOH H2C2O4 (as. oksalat), C6H5COOH (as. benzoat), KHP
2. HCl Na2B4O7 (nat. tetraborat), Na2CO3 (nat. karbonat)
3. KMnO4 H2C2O4, As2O3 (arsen trioksida)
4. Iodium As2O3, Na2S2O3.5H2O baku (nat. tio sulfat)
5. Serium (IV) Sulfat As2O3, serbuk Fe pa.
6. AgNO3 NaCl, NH4CNS
7. Na2S2O3 K2Cr2O7, KBrO3, KIO3
8. EDTA CaCO3 pa, Mg pa


Keterangan :
pa = pro analisa

TITIK EKUIVALEN
Adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stoikiometri antara zat yang dianalisis (titrat) dan larutan standar yang digunakan (titran).





TITIK AKHIR TITRASI
Adalah titik dimana terjadi perubahan secara visual yang jelas (biasanya perubahan warna atau kekeruhan) pada indikator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis (titrat) dan larutan standar yang digunakan (titran).
Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa. Kebanyakan pada proses titrasi, titik ekuivalen ini tidak dapat diamati. Oleh karena itu perlu bantuan senyawa lain yang dapat menunjukkan kapan titrasi harus dihentikan. Senyawa ini dinamakan indikator.
Tabel Beberapa Macam Indikator
No. Nama
Indikator Warna Trayek pH
Asam Basa
1. Metil Kuning Merah Kuning Jingga 2,9 – 4,0
2. Metil Jingga Merah Jingga Kuning 3,1 – 4,4
3. Bromo Fenol Blue Kuning Ungu 3,0 – 4,6
4. Merah Metil Merah Kuning 4,2 - 6,2
5. Fenol Merah Kuning Merah 6,4 – 8,0
6. Timol Blue Kuning Biru 8,0 – 9,6
7. Phenolphtalein Tidak Berwarna Merah Ungu 8,0 – 9,8

KESALAHAN TITRASI
Adalah perbedaan hasil yang didapatkan pada suatu proses titrasi yang disebabkan oleh suatu hal. Titik akhir titrasi akan berbeda dengan titik ekivalen. Biasanya kurangnya ketelitian dalam penimbangan titran atau pengamatan titrat menyebabkan terjadinya kesalahan pada proses titrasi.

PERUBAHAN YANG DAPAT DIAMATI DI TITIK EKUIVALEN
Suatu titrasi dikatakan telah selesai dengan sempurna jika telah dicapai titik ekuivalen. Untuk mengetahui tercapainya titik ekuivalen tersebut diperlukan adanya suatu indikator. Dengan penambahan indikator, maka akan dapat diketahui perubahan apa yang terjadi setelah proses titrasi. Perubahan itu biasanya berupa perubahan warna dan perubahan kekeruhan dari larutanyang dititrasi.